(Kajian Ta'shiliyyah: Hadits Arba'in ke-2 Pekan ke-3, Rabu sore, 20 November 2013 di Masjid Imam An-Nawawi Cibeber, Cilegon Banten)
Mengapa di sebut hari akhir? Karena tidak ada lagi hari setelah itu. Hari-hari yg dimaksud adalah hari-hari semasa di dunia. Dan pada saat itulah merupakan fase awal kita memasuki alam yg lain yaitu alam akhirat (di sinilah tempat segalanya berakhir).
Beriman kepada hari akhir merupakan beriman kepada perkara yg ghoib. Pada umumnya, seseorang itu lebih mengimani pada sesuatu yg dzohir & ketika Allah memerintahkan untuk beriman kepada perkara yg ghoib, ini yg menjadi ganjalan, hambatan & pengingkaran karena perkara ghoib tidak bisa dilihat, belum bisa dirasakan. Maka Allah Subhanahu wa ta'aala selalu menggandengkan antara perintah beriman kepada Allah Subhanahu wa ta'aala dengan perintah beriman kepada yaumil akhir, baik yg disebutkan dalam ayat Al-Qur'an maupun hadits Nabi Shalallaahu 'alaihi wasallam.
Contoh pada hadits Nabi Shalallaahu 'alaihi wasallam, " Barang siapa yg beriman kepada Allah & hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau kalau tidak (bisa) diam,"Diam yg dimaksud adalah diam dari sesuatu yg ia tidak tahu perkara ilmunya, diam dari sesuatu yg tidak mempunyai manfaat, diam dari sesuatu yg memudhorotkan, disyaratkan dengan beriman kepada yaumil akhir, karena semua balasan amal baik yg dilakukan oleh lisan/perbuatan semuanya akan diganjar di hari akhir.
Beriman kepada hari akhir merupakan pondasi keimanan (pokok keimanan), sehingga bila ia tidak beriman kepada hari akhir maka ia belum dikatakan beriman. Dan pentingnya kita mempelajari hal ini karena bila salah satu rukun iman hilang maka hilanglah iman seseorang.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin Rahimahullah menyebutkan bahwa cakupan beriman kepada hari akhir ada 4, yaitu:
1. Beriman Akan Terjadinya Hari Akhir
Seorang mukmin wajib beriman tentang kepastian terjadinya yaumil akhir, akan tetapi kapan terjadinya ini tidak diketahui oleh manusia & ilmu ini hanya ada di sisi Allah Subhanahu wa ta'aala, termasuk Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam tidak diberitahukan kecuali ciri-ciri terjadinya hari tersebut. Kita harus beriman bahwasanya Allah akan membangkitkan manusia dari kubur-kuburnya & Dia-lah yg menghidupkan manusia-manusia yg sudah mati. Dan kita juga harus beriman bahwasanya ketika setelah ditiupkan sangkakala ke-2, maka manusia-manusia akan bangkit untuk menghadap Rabbul 'aalamiin, mulai dari manusia yg pertama hingga manusia yg paling akhir hidup di dunia.
Berdasarkan dalil Qs. Al-Mu'minun:16, Allah Subhanahu wa ta'aala berfirman:
"Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat".Sangkakala pertama adalah tiupan untuk menghancurkan (kiamat kubro betul-betul terjadi), sebagaimana yg digambarkan di dalam Al-Qur'an, gunung-gunung berterbangan bagai anai-anai artinya hancur lebur, kemudian wanita-wanita yg hamil mendadak melahirkan (keguguran), bayi-bayi berubah langsung menjadi orang tua, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Hajj ayat 1-2:
"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yg sangat besar (dahsyat). (ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yg menyusui anaknya dari anak yg disusuinya & gugurlah kandungan segala wanita yg hamil, & kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras."Berdasarkan hadits Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam bahwa manusia akan dibangkitkan & dikumpulkan menghadap Allah Subhanahu wa ta'aala dalam keadaan belum berkhitan, tidak berpakaian, bertelanjang kaki tanpa alas (tidak memakai selembarpun pakaian). Ini semua pasti terjadi, karena sudah ditetapkan dengan qadar-Nya yg azali & sudah dikhobarkan di dalam Al-Qur'an & Hadits Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam.
Seperti khobar bahwa manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian, tidak disunat & sama sekali tidak membawa harta sedikitpun. Jadi orang sekaya apapun ketika hidup di dunia, ketika dibangkitkan sama keadaannya dengan keadaan orang yg sangat miskin di dunia.
Kemudian juga khobar yg menyebutkan bahwasannya manusia akan dikumpulkan di sebuah padang masyhar, pada saat itu matahari didekatkan dalam hitungan mil sehingga dikhobarkan dalan hadits Nabi Shalallaahu 'alaihi wasallam, ada manusia yg tenggelam dengan keringatnya, ada manusia yg keringatnya mencapai hidungnya (nyaris tenggelam), sampai mulutnya, sampai lehernya, sampai dadanya, sampai pinggangnya, kemudian sampai dengkulnya, betisnya, mata kakinya, tergantung dari amalan masing-masing manusia tsb.
ini khobar yg harus kita imani, kalau kita hanya mengandalkan akal & otak kita yg cekak, kita akan berfikir manusia kalau dikumpulkan dalam satu tempat dengan keadaan yg sama tentunya akan tenggelam semuanya, apalagi sama-sama mengeluarkan keringat, tapi luar biasanya Rasulullaah Shallallahu 'alaihi wasallam menggambarkan masing-masing dengan keadaannya masing-masing.
Oleh karena itu, ketika menyampaikan hadits ini, Aisyah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, sama pertanyaannya dengan kita, kalau manusia dikumpulkan pada satu tempat dalam keadaan telanjang, tidak di sunat, tidak beralas kaki, tidak membawa harta sedikit pun, kemungkinan akan saling berpandang-pandangan antar manusia tersebut, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan bahwa kondisi pada saat itu manusia hanya sibuk dengan keadaanya masing-masing sehingga tidak sempat memikirkan kondisi orang lain.
Hal ini wajib kita imani karena bagi sebagian manusia yaitu orang-orang yg tidak mengimani yaumil akhir menyatakan bahwa fase kematian itu adalah fase terakhir artinya tidak akan dibangkitkan, tidak dihidupkan lagi apa yg dialami, diceritakan & dikhobarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Maka wajar ucapan-ucapan mereka bahwa hidup manusia satu kali. Ini keyakinan orang-orang kuffar. Terkadang diadopsi juga oleh sebagian besar kaum muslimin. Bagi orang mukmin, kehidupan itu dua kali, kehidupan yg sifatnya fana yaitu ketika di dunia & kehidupan yg sifatnya abadi yaitu di akhirat.
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa ta'aala dalam surah Al-Anbiya:104,
"(Yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yg pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami-lah yg akan melaksanakannya".Manusia diciptakan dari sel sperma yg membuahi sel telur, begitu mati & dikubur maka habislah daging, kerangka & pada hitungan puluhan, ratusan, ribuan tahun yg tidak akan pernah habis adalah tulang ekor. Lalu apa maksud perkataan Allah, "lalu begitulah Kami mengulanginya", disebutkan dalam surah At-Thariq: 5-10,
"Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?. Dia diciptakan dari air yg terpancar,. Yang keluar dari antara tulang sulbi & tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari ditampakkan segala rahasia,. Maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu kekuatan pun & tidak (pula) seorang penolong."Ketika yg tersisa di tanah hanya tulang ekor, kemudian Allah membuat hujan yg hujan tsb mirip seperti sperma (kekentalan & warnanya) yg disebut dengan hujan kehidupan, lalu tulang ekor-tulang ekor tsb dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa ta'aala bisa membentuk lagi manusia sebagaimana semula, tidak ada yg hilang & cacat sedikit pun, sebagaimana ia diciptakan... seperti itulah ia dibangkitkan.
3) Beriman kepada perkara-perkara yg disebutkan
dengan hari akhir
Yakni beriman kepada kejadian-kejadian yg ada hubungannya dengan hari kiamat seperti adanya telaga (haudh), ada syafa'at, ada shirath, ada surga, ada neraka. Kita wajib mengimani ini, bahkan surga & neraka sudah diciptakan (tinggal ditempati).
Berdasarkan hadits bahwa ketika Rasulullaah Shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan tentang keutamaan sholat, bahwa sholat adalah amalan manusia yg pertama kali akan dihisab, sedangkan perkara yg berhubungan manusia yg pertama kali dihisab adalah masalah darah (pembunuhan).
ketika menjelaskan hadits tsb, Rasulullaah Shallallaahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwasanya sholat adalah amalan hamba yg pertama kali dihisab, maka orang yg melakukan amalan sholat ia akan terlihat dari pancaran wajahnya karena sering terbasuh dengan air wudhu, sebagai ganjaran & penghormatan kepada orang-orang yg senantiasa menegakkan sholat, kemudian umat Nabi Muhammad ini dikumpulkan untuk bisa menikmati air yg ada di dalam haudh (telaga), masing-masing Nabi punya telaga. Tetapi telaganya Nabi Muhammad Shalallaahu 'alaihi wasallam adalah telaga yg terbesar disesuaikan dgn jumlah umatnya yg terbesar di antara nabi-nabi yg lain.
Begitu umat Nabi Muhammad menikmati air dari telaga ini, yg manisnya lebih manis dari madu, yg putihnya lebih putih dari susu, yg barang siapa meminumnya maka tidak akan haus selamanya (ini keutamaan dari air haudh tsb), kemudian ternyata ada sekelompok umat Nabi Muhammad yg diusir oleh Allah Subhanahu wa ta'aala, tidak boleh menikmati air tsb. Rasulullah yg melihat keadaan seperti ini, ia bertanya kepada Allah Subhanahu wa ta'aala, " Ya Rabb, mereka adalah umatku, mengapa mereka diusir?", bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam memanggil, "ummatiy...ummatiy.. mereka itu adalah umatku... umatku... mengapa diusir dari telaga ini?", kemudian Allah menjelaskan, "wahai Muhammad, engkau tidak tahu apa yg mereka perbuat, mereka telah merubah-rubah agamamu". ini ganjaran pertama dari orang-orang yg beribadah yg tidak pernah diajarkan Nabi Shalallaahu 'alaihi wasallam.
Begitu pula tentang syafa'at, hadits tentang syafa'at begitu luar biasa panjangnya, perjalanan manusia untuk mendapatkan syafa'at secara umum, yg hanya bisa syafa'at tsb disampaikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dengan izin dari Allah untuk seluruh manusia dengan syafa'at 'uzma namanya. Ini pula keutamaan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam dibandingkan dengan nabi-nabi yg lain.
Kemudian juga tentang shirath, sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan karakteristik dari shirath tsb, yakni lebih tipis dari rambut, lebih tajam dari pedang, lebih licin sehingga orang yg melewatinya tanpa pertolongan Allah Subhanahu wa ta'aala pasti akan tergelincir, tergores, terbelah karena saking tajamnya.
Shirath adalah jembatan yg dibentangkan di atas Neraka Jahannam sehingga digambarkan, setiap umat yg lewat akan disaksikan oleh nabinya masing-masing ketika melewati shirath. umat Nabi Muhammad adalah umat yg pertama kali melewati shirath, walaupun umat terakhir tetapi dihisab di awal sehingga doa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam setiap umatnya lewat, nabi mengucapkan, " Allahumma salim..,Ya Allah selamatkan dia.. selamatkan dia.."..
Digambarkan ada yg melewati shirath secepat kilat, secepat angin, secepat kuda perang yg tangguh, secepat orang yg berlari, secepat orang yg berjalan cepat, secepat orang yg berjalan, ada yg merangkak, ada yg baru beberapa langkah kecemplung. Gambaran-gambaran ini wajib kita imani, walaupun ini perkara-perkara yg ghoib.
4) Beriman Kepada Nikmat & Adzab Kubur
Alam kubur disebut juga alam barzakh, yakni fase awal untuk memasuki alam akhirat. Jadi, di dalam alam kubur itu ada nikmat & ada juga adzab yg akan diterima si mayit yg dikuburkan.
Tentunya kenikmatan di alam kubur, hanya akan didapatkan oleh orang-orang yg ta'at kepada Allah & Rasul-Nya, sedangkan adzab kubur diberikan kepada orang-orang yg kufur terhadap Allah & risalah yg dibawa Rasul-Nya.
Berdasarkan hadits Bara' bin Azib, haditsnya panjang mulai dari perjalanan bagaimana setiap manusia yg mukmin & kafir dicabut ruhnya oleh malakul maut.
Bagi orang mukmin yg dicabut ruhnya, malaikat datang dengan tampilan yg sangat bagus & memberikan kabar gembira. Malakul maut ketika mencabut nyawanya mengatakan, "ukhruji... keluarlah...!, wahai jiwa yg thoyyibah, menuju ampunan Rabbmu".
Jadi, orang mukmin yg meninggal, ia dihibur oleh malakul maut sehingga dia tidak akan bersedih & takut ketika dicabut nyawanya, karena ia sudah tahu tempat akhir yg akan ditempatinya & itu lebih baik ketimbang tempat semasa di dunia & ia juga tahu bahwa Allah akan menjaga istri/suami & anak-anak yg ditinggalkannya.
Kemudian pada akhir-akhir hadits, ketika si mayit tadi sudah dikuburkan dan yg mengantar jenazah itu pulang, lalu si mayit tadi didudukan & siap dengan 3 pertanyaan:
1. Man Rabbuk? (Siapa Rabbmu?)
2. Man Nabiyyuk? (Siapa Nabimu?)
3. Wa maa diinuk? ( dan apa agamamu?)
Setelah ia bisa menjawab pertanyaan ini, maka selamatlah ia dan ia berhak mendapatkan nikmat kubur berupa dilapangkan kuburnya (ini sebagai tanda kemudahan proses selanjutnya di hari kiamat), kemudian ia akan ditidurkan sampai hari kiamat. Oleh karena itu, doa orang yg sudah mati itu ingin cepat-cepat kiamat karena ia sudah tidak sabar masuk ke tempat yg sudah dijanjikan.
Berbeda dengan orang kuffar, ia meminta untuk ditunda karena ia juga sudah tahu kemana ia akan tinggal dan ketika ia ditanya oleh kedua malaikat tentang 3 pertanyaan tadi, ia hanya bisa menjawab, " haaah...hahh..haaah..", sehingga malaikat tadi mengambil palu ghodam lalu dihantam ke tubuhnya, yg jika palu ghodam ini dihantamkan ke gunung, maka gunung tsb akan menjadi debu begitu selanjutnya.. dipukul hancur, diutuhkan lagi, di pukul hancur, diutuhkan lagi..sampai tegaknya hari kiamat. Inilah yg dinamakan adzab kubur. Oleh karena itu khobar-khobar seperti ini wajib kita imani walaupun nalar kita tidak sampai memahami.
Tetapi anehnya ada sebagian kaum muslim yg tidak mengimani adanya nikmat & adzab kubur karena hadits-hadits yg menjelaskannya adalah hadits yg sifatnya ahad.
Alam kubur disebut juga alam barzakh, yakni fase awal untuk memasuki alam akhirat. Jadi, di dalam alam kubur itu ada nikmat & ada juga adzab yg akan diterima si mayit yg dikuburkan.
Tentunya kenikmatan di alam kubur, hanya akan didapatkan oleh orang-orang yg ta'at kepada Allah & Rasul-Nya, sedangkan adzab kubur diberikan kepada orang-orang yg kufur terhadap Allah & risalah yg dibawa Rasul-Nya.
Berdasarkan hadits Bara' bin Azib, haditsnya panjang mulai dari perjalanan bagaimana setiap manusia yg mukmin & kafir dicabut ruhnya oleh malakul maut.
Bagi orang mukmin yg dicabut ruhnya, malaikat datang dengan tampilan yg sangat bagus & memberikan kabar gembira. Malakul maut ketika mencabut nyawanya mengatakan, "ukhruji... keluarlah...!, wahai jiwa yg thoyyibah, menuju ampunan Rabbmu".
Jadi, orang mukmin yg meninggal, ia dihibur oleh malakul maut sehingga dia tidak akan bersedih & takut ketika dicabut nyawanya, karena ia sudah tahu tempat akhir yg akan ditempatinya & itu lebih baik ketimbang tempat semasa di dunia & ia juga tahu bahwa Allah akan menjaga istri/suami & anak-anak yg ditinggalkannya.
Kemudian pada akhir-akhir hadits, ketika si mayit tadi sudah dikuburkan dan yg mengantar jenazah itu pulang, lalu si mayit tadi didudukan & siap dengan 3 pertanyaan:
1. Man Rabbuk? (Siapa Rabbmu?)
2. Man Nabiyyuk? (Siapa Nabimu?)
3. Wa maa diinuk? ( dan apa agamamu?)
Setelah ia bisa menjawab pertanyaan ini, maka selamatlah ia dan ia berhak mendapatkan nikmat kubur berupa dilapangkan kuburnya (ini sebagai tanda kemudahan proses selanjutnya di hari kiamat), kemudian ia akan ditidurkan sampai hari kiamat. Oleh karena itu, doa orang yg sudah mati itu ingin cepat-cepat kiamat karena ia sudah tidak sabar masuk ke tempat yg sudah dijanjikan.
Berbeda dengan orang kuffar, ia meminta untuk ditunda karena ia juga sudah tahu kemana ia akan tinggal dan ketika ia ditanya oleh kedua malaikat tentang 3 pertanyaan tadi, ia hanya bisa menjawab, " haaah...hahh..haaah..", sehingga malaikat tadi mengambil palu ghodam lalu dihantam ke tubuhnya, yg jika palu ghodam ini dihantamkan ke gunung, maka gunung tsb akan menjadi debu begitu selanjutnya.. dipukul hancur, diutuhkan lagi, di pukul hancur, diutuhkan lagi..sampai tegaknya hari kiamat. Inilah yg dinamakan adzab kubur. Oleh karena itu khobar-khobar seperti ini wajib kita imani walaupun nalar kita tidak sampai memahami.
Tetapi anehnya ada sebagian kaum muslim yg tidak mengimani adanya nikmat & adzab kubur karena hadits-hadits yg menjelaskannya adalah hadits yg sifatnya ahad.
♣ Rukun Iman ke-6 ♣
◆ Beriman Kepada Takdir, baik Takdir yg Buruk maupun yg Baik ◆
Sebagaimana yg disebutkan bahwa takdir adalah ashl (pokok) dari tauhid atau keimanan. Jadi, tidak sah, keimanan (tauhid) seseorang kecuali ia beriman kepada qadha & qadhar.
Abdullah bin Abbas mengatakan bahwa "takdir adalah tali ikatan tauhid".
"barang siapa yg mentauhidkan Allah Subhanahu wa ta'aala akan tetapi ia mendustakan takdir, maka kedustaannya terhadap takdir merupakan pembatal dari tauhidnya" , sebaliknya...
"Barang siapa yg mentauhidkan Allah, sekaligus beriman kepada takdir maka beriman kepada takdir tersebut merupakan tali ikatan tauhid yg sangat kuat".
Ketika ada sekelompok orang yg bertanya kepada Abdullaah Ibn umar yg pada saat itu sedang haji, "wahai sahabat Nabi, bagaimana sikapmu terhadap orang-orang yg ada di daerah kami & mereka tidak beriman kepada takdir?", lalu beliau menjawab, "katakan kepada mereka bahwa Abdullaah Ibn Umar berlepas dari mereka & mereka berlepas dari Abdullah Ibn Umar". Artinya Abdullaah Ibn Umar tidak menganggap keimanan mereka.
Akan kita dapati kelompok-kelompok sesat yg tidak mengimani takdir, yakni ada 2 kelompok ekstrim: ekstrim kanan & ekstrim kiri. Kelompok yg mengimani bahwa segala sesuatu itu murni takdir Allah Subhanahu wa ta'aala & tidak ada andil manusia dalam masalah kehendaknya, ini yg disebut kelompok ekstrim kanan. Sedangkan keyakinan bahwa segala sesuatu adalah murni perbuatan manusia dan tidak ada kaitannya dengan takdir disebut kelompok ekstrim kiri.
Padahal keimanan yg benar adalah segala sesuatu perbuatan manusia adalah ketetapan Allah Subhanahu wa ta'aala, tetapi juga ada kehendak (usaha) manusia untuk melakukan, sehingga kita tidak boleh bersandar dengan takdir.
Pembahasan takdir ini penting, supaya kita mendapatkan pemahaman yg benar dengan masalah takdir. Sehingga ketika kita melakukan suatu keburukan tidak menyalahkan seluruhnya kepada takdir tetapi salahkan ikhtiar kita yg salah memilih, karena manusia diberikan hak untuk memilih (masyi'ah).
♣ Pengertian Qadha & Qadhar ♣
Qadha secara bahasa ialah memutuskan, memisahkan & mengokohkan (menyempurnakan & merapihkan), sedangkan secara istilah ialah segala sesuatu yg diputuskan (ditetapkan/dikokohkan) oleh Allah untuk makhluk-Nya berupa penciptaan, pembinasaan, penghancuran & perubahan.
Qadhar secara bahasa artinya takdir (menentukan). Sedangkan secara istilah ialah apa yg pada zaman azali telah ditentukan oleh Allah akan terjadinya, berdasarkan ilmu & penulisannya tentang segala sesuatu sebelum terjadi & tercipta.
Berdasarkan hadits Rasulullaah Shalallahu 'alaihi wasallam dari ubaadah bin shoomit Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
' ان اول ما خلق الله القلم، قال له اكتب! قال رب Ùˆ ما ذا اكتب؟قال اكتب مقادر كل شيء ØØªÙŠ ØªÙ‚ÙˆÙ… الساعة
"Yg pertama kali Allah ciptakan adalah qolam, Allah berfirman padanya, "tulislah!" .ia menjawab," wahai Robbku apa yg harus aku tulus?". Allah berfirman, "tulislah taqdir segala sesuatu sampai hari kiamat" (HR Abu Daud no.4700)
Artinya, Allah sudah mengetahui apa yg akan terjadi & apa yg akan dialami oleh makhluk-Nya karena Allah sudah menentukan sebelum makhluk tadi diciptakan. Di dalam hadits lain disebutkan, penulisan takdir sudah ada sejak 50 ribu tahun yg lalu sebelum penciptaan langit & bumi sehingga apa yg kita lakukan sekarang ini, sudah Allah tetapkan pada zaman azali.
◆ Beriman Kepada Takdir, baik Takdir yg Buruk maupun yg Baik ◆
Sebagaimana yg disebutkan bahwa takdir adalah ashl (pokok) dari tauhid atau keimanan. Jadi, tidak sah, keimanan (tauhid) seseorang kecuali ia beriman kepada qadha & qadhar.
Abdullah bin Abbas mengatakan bahwa "takdir adalah tali ikatan tauhid".
"barang siapa yg mentauhidkan Allah Subhanahu wa ta'aala akan tetapi ia mendustakan takdir, maka kedustaannya terhadap takdir merupakan pembatal dari tauhidnya" , sebaliknya...
"Barang siapa yg mentauhidkan Allah, sekaligus beriman kepada takdir maka beriman kepada takdir tersebut merupakan tali ikatan tauhid yg sangat kuat".
Ketika ada sekelompok orang yg bertanya kepada Abdullaah Ibn umar yg pada saat itu sedang haji, "wahai sahabat Nabi, bagaimana sikapmu terhadap orang-orang yg ada di daerah kami & mereka tidak beriman kepada takdir?", lalu beliau menjawab, "katakan kepada mereka bahwa Abdullaah Ibn Umar berlepas dari mereka & mereka berlepas dari Abdullah Ibn Umar". Artinya Abdullaah Ibn Umar tidak menganggap keimanan mereka.
Akan kita dapati kelompok-kelompok sesat yg tidak mengimani takdir, yakni ada 2 kelompok ekstrim: ekstrim kanan & ekstrim kiri. Kelompok yg mengimani bahwa segala sesuatu itu murni takdir Allah Subhanahu wa ta'aala & tidak ada andil manusia dalam masalah kehendaknya, ini yg disebut kelompok ekstrim kanan. Sedangkan keyakinan bahwa segala sesuatu adalah murni perbuatan manusia dan tidak ada kaitannya dengan takdir disebut kelompok ekstrim kiri.
Padahal keimanan yg benar adalah segala sesuatu perbuatan manusia adalah ketetapan Allah Subhanahu wa ta'aala, tetapi juga ada kehendak (usaha) manusia untuk melakukan, sehingga kita tidak boleh bersandar dengan takdir.
Pembahasan takdir ini penting, supaya kita mendapatkan pemahaman yg benar dengan masalah takdir. Sehingga ketika kita melakukan suatu keburukan tidak menyalahkan seluruhnya kepada takdir tetapi salahkan ikhtiar kita yg salah memilih, karena manusia diberikan hak untuk memilih (masyi'ah).
♣ Pengertian Qadha & Qadhar ♣
Qadha secara bahasa ialah memutuskan, memisahkan & mengokohkan (menyempurnakan & merapihkan), sedangkan secara istilah ialah segala sesuatu yg diputuskan (ditetapkan/dikokohkan) oleh Allah untuk makhluk-Nya berupa penciptaan, pembinasaan, penghancuran & perubahan.
Qadhar secara bahasa artinya takdir (menentukan). Sedangkan secara istilah ialah apa yg pada zaman azali telah ditentukan oleh Allah akan terjadinya, berdasarkan ilmu & penulisannya tentang segala sesuatu sebelum terjadi & tercipta.
Berdasarkan hadits Rasulullaah Shalallahu 'alaihi wasallam dari ubaadah bin shoomit Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
' ان اول ما خلق الله القلم، قال له اكتب! قال رب Ùˆ ما ذا اكتب؟قال اكتب مقادر كل شيء ØØªÙŠ ØªÙ‚ÙˆÙ… الساعة
"Yg pertama kali Allah ciptakan adalah qolam, Allah berfirman padanya, "tulislah!" .ia menjawab," wahai Robbku apa yg harus aku tulus?". Allah berfirman, "tulislah taqdir segala sesuatu sampai hari kiamat" (HR Abu Daud no.4700)
Artinya, Allah sudah mengetahui apa yg akan terjadi & apa yg akan dialami oleh makhluk-Nya karena Allah sudah menentukan sebelum makhluk tadi diciptakan. Di dalam hadits lain disebutkan, penulisan takdir sudah ada sejak 50 ribu tahun yg lalu sebelum penciptaan langit & bumi sehingga apa yg kita lakukan sekarang ini, sudah Allah tetapkan pada zaman azali.
(bersambung….)