Al-Ustadzah Ummu Fadhl Hafizhahallaah
ditulis oleh Ummu Khansa Al-Bantaniyyah
Surat Al-Kautsar terdiri dari 3 ayat, urutan di dalam mushaf merupakan surat ke-168. Para ulama mengatakan surat ini adalah surat Al-Makkiyah, namun sebagian ulama berpendapat Surat Madaniyah, dan yang disepakati oleh para ulama ialah surat Madaniyah.
♣Asbabun Nuzul
Pada suatu hari Rasuulullaah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- sedang berkumpul bersama para sahabatnya di Masjid, kemudian tiba-tiba beliau tertidur sejenak dan beliau mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Para sahabat bertanya, “Apa gerangan yang membuat engkau tersenyum Yaa Rasuulullaah?,” kemudian Rasuulullaah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- bersabda, “tadi telah turun kepadaku suatu surat.”
Lalu beliau membaca:
ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻋْﻄَﻴْﻨَﺎﻙَ ﺍﻟْﻜَﻮْﺛَﺮَ ١
ﻓَﺼَﻞِّ ﻟِﺮَﺑِّﻚَ ﻭَﺍﻧْﺤَﺮْ ٢
ﺇِﻥَّ ﺷَﺎﻧِﺌَﻚَ ﻫُﻮَ ﺍﻷﺑْﺘَﺮُ ٣
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dari itu, dirikanlah shalat karena Rabb-mu dan berkurbanlah. Sesungguhnya, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.” (al-Kautsar: 1- 3)
(HR. Imam Muslim, Abu Daud, Imam An-Nasaa’I dari Anas bin Malik)
Kemudian beliau –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- bertanya, “tahukah kalian apa Al-Kautsar itu?,” para sahabat menjawab, “Allaahu wa Rasuuluhu a’lam,” lalu Rasuulullaah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- berkata, “ sesungguhnya Al-kautsar itu adalah suatu sungai yang dijanjikan oleh Allah Azza wa jallla kepadaku. Di atas Al-Kautsar terdapat kebaikan yang sangat banyak. Dia adalah sebuah telaga yang akan didatangi oleh umatku nanti pada hari kiamat, jumlah bejananya 9 bintang-bintang yang ada di langit, maka seorang hamba di antara mereka ada yang tertahan, tidak bisa mendatangi haudh tersebut. Lalu aku katakan, “ Yaa Rabb-ku, Sesungguhnya mereka itu umatku,” lalu Allah –Subhanahu wa ta’aala- berfirman,
“ Sesungguhnya engkau tidak tahu wahai Muhammad, apa yang terjadi sepeninggalanmu.”
Dijelaskan pada hadits yang lain:
Bahwa mereka adalah orang-orang yang suka merubah-rubah ajaran Nabi Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- .orang-orang seperti ini yang tertahan tidak bisa
menikmati air di telaga (haudh). (HR. Imam Ahmad)
Dari Anas bin Malik –Radhiyallaahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Rasuulullaah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- bersabda, “aku masuk surga, tiba-tiba aku berada di sebuah sungai, kedua tepinya adalah tenda yang terbuat dari mutiara, lalu aku mencelupkan tanganku ke dalam air yang mengalir pada sungai tersebut, lalu tiba-tiba tanganku beraroma minyak kasturi yang sangat wangi, kemudian aku bertanya pada Malaikat Jibril, ‘sungai apa ini Yaa Jibril?,’ Jibril berkata, ‘ini adalah Al-Kautsar yang telah Allah anugerahkan kepadamu.’ (HR.Bukhari)
♣Bagaimana sifat dari Al-Kautsar?
Dari Anas bin Malik –Radhiyallaahu ‘anhu- ia berkata bahwa ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasuulullah, “Wahai Rasuulullaah, apa Al-Kautsar itu?,” lalu beliau –
Shallallaahu ‘alayhi wasallam- menjawab, “sebuah sungai di surga yang Allah telah berikan kepadaku. Sungguh air itu lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, di sekelilingnya terdapat burung-burung yang lehernya bagaikan leher onta, di mana burung tersebut juga menikmati lezatnya air di dalam sungai tersebut.
Sampai Umar bin Khattab berkata, ‘Yaa Rasuulullaah beruntung sekali burung-burung itu bisa menikmati air yang ada di dalam Al-Kautsar.”
♣Definisi Al-Kautsar
ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻋْﻄَﻴْﻨَﺎﻙَ ﺍﻟْﻜَﻮْﺛَﺮَ ١
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak."(1)
Banyak ulama yang mendefinisikan Al-Kautsar sebagai telaga (sebuah sungai). Imam Bukhari –Rahimahullaahu ta’aala- mengutip perkataan Sa’id Ibnu Jubair dari Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma- bahwasanya beliau berkata:
- Al-Kautsar artinya kebaikan dengan segala jenis bentuknya yang diberikan kepada Allah ta’aala untuk Nabi –Shallallaahu ‘alayhi wasallam-
- Bila Al-Kautsar diartikan sebagai sungai di surga, maka hal itu merupakan salah satu bentuk kebaikan dari Allah –Subhanahu wa ta’aala- yang Allah berikan untuk Rasul-Nya.
- Apabila dimaknai secara umum, Al-kautsar diartikan kebaikan yang banyak.
Rasuulullaah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- mendapat limpahan nikmat dari Allah –Subhanaahu wa ta’aala-, di antara limpahan nikmat (kebaikan) tersebut ialah:
- Al-Kautsar
Al-Kautsar merupakan telaga yang ada di surga. Telaga ini adalah telaga yang paling banyak didatangi oleh umat manusia yakni umat Nabi Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- perbedaannya jauh dibandingkan telaga Nabi yang lain.
Selain itu ada sebagian umat Nabi Muhammad yang tertahan tidak dapat menikmati air di telaga tersebut.
Di dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah –radhiyallaahu ‘anhu- , Rasuulullaah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- berkata,
“… sungguh mereka akan datang pada hari kiamat dengan wajah putih cemerlang disebabkan karena bekas wudhu dan aku mendahului mereka mendatangi haudh, akan tetapi sungguh nanti akan ada orang-orang yang diusir dari telagaku, sebagaimana onta yang tersesat (terusir). Lalu aku panggil orang-orang yang terusir tadi, “ mari kesini!”.. kemudian ada yang berkata, “ sesungguhnya mereka adalah orang yang suka mengganti syariat sepeninggalanmu,” kemudian beliau Rasuulullaah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- tahu orang-orang tersebut suka merubah syariat beliau, lalu beliau mengusir orang-orang tadi, “jauh!..jauh!…”
Hadits ini menunjukkan bahwa orang-orang yang bisa menikmati Al-Kautsar ialah orang-orang yang ketika di dunia mengikuti syariat Nabi Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam-, orang yang patuh dan tidak merubah-rubah ajaran beliau serta memurnikan ajaran beliau. Dan bagi orang yang tidak mau mengikuti syariat Nabi Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- atau merubah-rubah syariat beliau maka konsekuensinya adalah terusir dari haudh (telaga).
Telaga ini merupakan salah satu bentuk kebaikan yang Allah berikan kepada Nabi-Nya
2) lima perkara yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad –shallallaahu 'alayhi wasallam- yang tidak diberikan kepada nabi-nabi yang lain
Dari Jabir –radhiyallaahu ‘anhu- bahwa Rasuulullaah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- diberi 5 perkara, yang 5 perkara ini tidak diberikan para nabi sebelum beliau yaitu: berkata, “ aku
- aku diberi pertolongan dengan diberikannya rasa takut kepada musuh-musuhku dalam jarak perjalanan 1 bulan.
(ketika Rasuulullaah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- hendak berjihad melawan orang-orang kuffar, maka Allah akan memasukkan rasa takut kepada hati orang-orang kuffar jauh sebelum peperangan itu terjadi)
- dijadikan bumi untukku (Rasuulullah) sebagai masjid & sebagai alat bersuci
“barangsiapa di antara umatku yang mendapati waktu shalat hendaklah ia menunaikan shalat.”
(di dalam syariat islam, kita dibolehkan shalat di mana pun selain bangunan masjid, terkecuali pada tempat-tempat terlarang seperti kandang onta, kuburan. Ada dalil-dalil khusus yang melarangnya)
- aku (Rasuulullah) mempunyai hak untuk memberikan syafa’at
Syafa’at apa yang dimiliki Rasuulullaah? Yaitu syafa’at udzma.
- dihalalkan bagiku ghonimah
(Ghonimah tidak dihalalkan atau tidak disyariatkan bagi nabi-nabi yang lain seperti umat Nabi Musa ‘alayhi salam, selesai mereka berperang dan mendapat harta rampasan perang kemudian harta tersebut dikumpulkan pada tanah lapang lalu petir datang habis membakar.
Sedangkan pada umat Nabi Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- boleh membagikannya dan seperlima untuk Rasuulullaah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam-)
- para Nabi di utus khusus untuk para umatnya, sedangkan Nabi Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- diutus untuk seluruh umat manusia dan jin.
( jadi, siapa pun orangnya sepeninggal Nabi Isa ‘alayhi salam, maka ia wajib mengikuti risalah
Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- karena beliau diutus untuk seluruh manusia, tidak khusus pada suatu kaum)
3) Di akhirat nanti Rasuulullah akan mendapatkan Maqom Mahmud, “kedudukan yang terpuji.”
Kata “Maqom Mahmud” adalah kata (doa) yang kita panjatkan setelah kita mendengar adzan. Mahqomul Mahmud ialah suatu kedudukan yang tidak dimiliki oleh nabi-nabi yang lain dalam memberikan syafa’at, selain Nabi Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- .
Di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dijelaskan bahwa ketika manusia dibangkitkan pada hari kiamat, manusia dalam kondisi telanjang, tidak bersunat, tidak
beralas kaki, kemudian matahari
didekatkan beberapa mil di atas kepala manusia, ada manusia tenggelam karena keringatnya, ini menunjukkan begitu luar biasa huru-hara yang terjadi pada hari kebangkitan.
Sehingga ada manusia yang tenggelam dengan keringatnya sebatas mata kakinya, sebatas
betisnya, sebatas lututnya, sebatas pinggangnya, sebatas dadanya, sebatas lehernya, sampai ia tenggelam dengan keringatnya, masing-masing tergantung dengan apa yang dilakukan di dunia. Akhirnya manusia pada saat itu
bersepakat untuk meminta keringanan kepada Allah –Subhanahu wa ta’aala- yaitu:
⇨ mereka datang pada Nabi Adam ‘alayhi salam kemudian Nabi Adam mengatakan, “nafsiy…nafsiy…,diriku… diriku.., aku telah berbuat dosa,” (pada Al-Qur’an disebutkan dosa beliau ‘alayhi salam sudah terampuni yakni melanggar perintah Allah dengan memakan buah yang dilarang) kemudian Nabi Adam –‘alayhi salam- berkata, “ pergilah kalian kepada Nuh, sesungguhnya Nuh adalah Rasul pertama yang Allah utus.”
⇨ kemudian manusia datang menghadap Nabi Nuh, “Wahai Nuh, doakan kepada Rabb-mu agar meringankan keadaan kami.” Kemudian Nabi Nuh berkata, “nafsiy… nafsiy… wahai diriku..diriku…” Nabi Nuh tidak dapat memenuhi permintaan manusia pada saat itu, kemudian beliau menganjurkan, “pergilah kalian ke Ibrahim, sesungguhnya ia adalah
kekasih Allah.”
⇨ Nabi Ibrahim pun menolak tidak bisa membantu manusia pada saat itu yakni disebutkan di dalam sebuah riwayat. (lihat syarah Kitabut Tauhid bab Syafa’at, Nabi Ibrahim menyebutkan alasan-alasan dalam penolakan syafa’at kepada manusia saat itu)
Diterangkan dalam tafsir Al-Qur’an Nabi Ibrahim berbohong 3 kali yaitu:
- menyebut istrinya sebagai ukhtiy (saudariku)
- ketika dipaksa oleh kaumnya untuk mengikuti perayaan-perayaan kemudian beliau berpura-pura sakit padahal ia memiliki misi untuk menghancurkan berhala
- ketika ia berdusta bahwa bukan ia yang menghancurkan berhala.
⇨ Nabi Musa pun menolak, kemudian ia menganjurkan, “ Pergilah kepada Isa ‘alayhi salam.”
⇨ Nabi Isa pun tidak bisa membantu, ia berkata, “ nafsiy… nafsiy…, wahai diriku… diriku..” (kata “nafsiy” menunjukkan kondisi yang sedang susah). Datanglah kepada Nabi Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam-, sesungguhnya ia adalah kekasih Allah.”
⇨ lalu manusia datang kepada Nabi Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam-, “Wahai Muhammad berdoalah kepada Rabb-Mu agar meringankan keadaan kami.” Kemudian beliau bersujud kepada Allah –Subhanahu wa ta’aala-, Allah mengilhamkan untuk berdzikir di
mana dzikir tersebut belum diajarkan ketika di dunia.
Kemudian Allah berfirman, “Angkat kepalamu, sebutkan apa yang kamu minta.” Lalu beliau meminta syafa’at keringanan pada hari itu, inilah yang disebut syafa’at udzma yakni syafa’at yang tidak diberikan kepada nabi-nabi yang lain. Begitu istimewanya kedudukan beliau di sisi Allah
4) Nabi Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- adalah nabi terakhir tetapi beliau dan umatnya menjadi umat yang pertama dihisab oleh Allah –subhanahu wa ta’aala-
Artinya kemungkinan umat beliau adalah umat yang lebih dahulu merasakan nikmatnya surga atau merasakan adzabnya neraka
Tafsir ayat ke-2:
ﻓَﺼَﻞِّ ﻟِﺮَﺑِّﻚَ ﻭَﺍﻧْﺤَﺮْ ٢
”Maka dari itu, dirikanlah shalat karena Rabb-mu dan berkurbanlah.” (2)
#mengapa Allah langsung memerintahkan Nabi –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- untuk mendirikan shalat?
Yakni karena shalat adalah sebagai tanda syukur Nabi –Shallallaahu‘alayhi wasallam- atas berbagai nikmat yang Allah berikan kepada beliau.
Sebgian ulama mengatakan, shalat yang diperintahkan adalah shalat ‘iedul adha karena tidak ada shalat yang ditegakkan setelah menyembelih kurban. Akan tetapi pendapat yang kuat adalah ayat ini maknanya umum, mencangkup semua jenis shalat, baik shalat fardhu maupun shalat yang nawaafil.
Setelah Allah memerintahkan shalat, Allah memerintahkan, "wanhar" (berkurbanlah, bertaqarublah kepada Allah yaitu dengan cara menyembelih)
Ada ulama yang menyebutkan “nahr” adalah onta, dan “dahbun” adalah menyembelih selain onta. Wallaahu a’lam.
Ayat ini tidak khusus diperintahkan kepada beliau saja tetapi juga berlaku pada umatnya yang lain. Sebagaimana dijelaskan suatu kaidah, “pelajaran itu bisa diambil dari
keumuman lafadz, bukan dari kekhususan sebab.”
Tafsir ayat ke 3
ﺇِﻥَّ ﺷَﺎﻧِﺌَﻚَ ﻫُﻮَ ﺍﻷﺑْﺘَﺮُ ٣
“Sesungguhnya, orang-orang yang
membencimu dialah yang
terputus.” (3)
♣ Asbabun nuzul
Dijelaskan dalam hadits dari Abdullah ibn Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa ayat ini berkaitan dengan seseorang yang bernama Al-Ash bin Wayl. Dikisahkan apabila
Rasuulullah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- berada dihadapannya, Al-Ash bin Wayl berkata,
“sesungguhnya dia (Nabi Muhammad) adalah orang yang terputus.” (tidak memiliki keturunan penerus nasab, karena Allah menakdirkan semua anak laki-laki Rasuulullaah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- diwafatkan, tentunya ini tidak terlepas dari hikmah yang Allah berikan)
Lalu Allah mambantah denganmenurunkan surat Al-Kautsar ayat ke-3 ini.
Para mufasirin menafsirkan, terputus disini ialah terputus dari kebaikan dan rahmat bagi orang-orang yang membenci Rasuulullah –Shallallaahu ‘alayhi wasallam-
Di dalam sebuah hadits dari Syamir bin Atiyah –radhiyallaahu ‘anhu-, ia mengatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan seseorang yang bernama Uqbah bin Abi Mu’ad yakni
perbuatannya sama dengan Al-Ash bin Wayl yang menjelek-jelekan Nabi sebagai orang yang terputus secara nasab.
Penjelasan hadits yang lainnya, dari Abdullah ibn ‘Abbas dari Ikrimah –radhiyallaahu ‘anhuma-, ayat ini turun berkaitan dengan Ka’ab bin Al-Ashrof dan kelompok orang-orang kafir quraisy. Ketika Ka’ab bin Al-Ashrof datang ke Makkah, orang quraisy berkata kepadanya, “ engkau adalah pemimpin bagi mereka, tidakkah engkau perhatikan dia (Nabi Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- ) adalah orang yang terputus dari kaumnya. Dia kira lebih baik daripada kita, padahal kita adalah para pelayan jama’ah haji.”
(sudah ada sejak zaman dahulu, orang-orang yang berkhidmat untuk tamu Allah)
Orang-orang yang membenci Nabi Muhammad –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- bergembira dengan kondisi beliau yakni tidak mempunyai putra, karena menurut mereka ini adalah sebuah aib di mana sudah terputus semua nasab-nasabnya. Justru orang-orang yang membenci nabi-lah yang akan terputus dari kebaikan dan rahmat Allah –Subhanahu wa ta’aala-.
Jika seseorang membenci pribadi Nabi –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- , maka secara otomatis orang tersebut juga membenci syariat beliau. Dan jika ada seorang muslim yang membenci syariat atau sunnah Nabi –Shallallaahu ‘alayhi wasallam- maka berarti ia pun benci terhadap syariat yang Allah turunkan. Hal ini merupakan salah satu pembatal
keislaman.
Di dalam surat Muhammad: 9, Allah –Subhanahu wa ta’aala- berfirman:
ﺫَٰﻟِﻚَ ﺑِﺄَﻧَّﻬُﻢْ ﻛَﺮِﻫُﻮﺍ ﻣَﺎ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓَﺄَﺣْﺒَﻂَ
ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻬُﻢ
ْ
“yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.”
Wallahu ‘alam bish-shawab
(di Masjid Imam An-Nawawi Cibeber Cilegon Banten, Tafsir Al-Qur'an 29 Januari 2014)
0 komentar:
Posting Komentar