Kamis, 23 Januari 2014

Syarah Hadits Arba'in No.2




Faidah Ta'lim : Al-Ustadzah Ummu Fadhl Hafizhahallaah

ditulis oleh Ukhty Clara Diva Zahara

Dari Umar radhiallahu 'anhu, ia berkata, "Pada suatu hari ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul kepada kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya bekas perjalanan jauh, dan tidak ada seorangpun dari kami yang mengenalnya, hingga ia duduk di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu ia menyandarkan lututnya ke lutut Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya.

Orang itu berkata, 'Wahai Muhammad! Beritahukanlah kepadaku tentang Islam'.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, Mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, mengerjakan haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukan perjalanan menuju ke sana'.

Ia berkata, 'Engkau benar'.

Dia (Umar) berkata, 'Kami merasa heran kepadanya, dia yang bertanya, dan dia pula yang membenarkan.'

Orang itu berkata, 'Beritahukanlah kepadaku tentang iman'.

Beliau menjawab, 'Iman adalah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk'.

Ia berkata, 'Engkau benar'.

Orang itu berkata, 'Beritahukanlah kepadaku tentang ihsan'.

Beliau menjawab, 'Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Meskipun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu'.

Orang itu berkata, 'Beritahukanlah kepadaku tentang hari Kiamat'.

Beliau menjawab, 'Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari orang yang bertanya'.

Orang itu berkata, 'Beritahukanlah kepadaku tentang tanda-tandanya'.

Beliau menjawab, 'Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang yang telanjang kaki, tidak berpakaian, fakir, dan penggembala kambing saling berlomba-lomba mendirikan bangunan yang tinggi'.

'Umar berkata, 'Kemudian orang itu pergi. Lalu aku diam beberapa lamanya, kemudian beliau bersabda, 'Wahai 'Umar! Apakah engkau tahu, siapa orang yang tadi bertanya?' Kukatakan, 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu'. Beliau bersabda, 'Ia adalah malaikat Jibril, ia datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian'".
(Diriwayatkan Muslim)~SYARAH~

Hadits yang kedua dari kitab matan al-Arba'in an-Nawawiyyah ini merupakan Ummul hadits karena di dalamnya terkandung Islam secara keseluruhan dan tingkatan dalam Islam, yaitu Islam, Iman dan Ihsan.

ISLAM
Sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan bertauhid, tunduk kepada-Nya dengan berbuat ketaatan dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya.

Rukun Islam
Islam menurut Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam yaitu yang terdapat di hadits ini,
'Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, Mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, mengerjakan haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukan perjalanan menuju ke sana'.
Syahadat LAA ILAAHA ILLALLAH
Bersaksi artinya mengharuskan untuk mengakui dengan lisan dan hati, tidak cukup dengan lisan/ ucapan saja.
Sesungguhnya manusia telah bersaksi pada saat di dalam kandungan (al-A'raf ayat 172)
Kemudian manusia menjadi lupa setelah dilahirkan ke dunia, dan orang tuanya lah yang menjadikannya seorang Nashrani, Majusi, dan Yahudi.

Syahadat Laa ilaaha illallah memiliki tujuh syarat, yaitu ilmu, yaqin (meyakini), ikhlash, shidq (membenarkan), mahabbah (mencintai), inqiyad (tunduk) dan qabul (menerima)

Makna dan konsekuensi Laa ilaaha illallah
LAA ILAAHA ILLALLAH bermakna 'Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah'
Persaksian Laa ilaaha illallah mengharuskan adanya keikhlasan dalam BERIBADAH, dan ini dinamakan tauhid uluhiyyah.

Dinamakan juga dangan tauhid 'ubudiyyah karena makna Laa ilaaha illallah adalah Laa ma'buuda bihaqqin illallah (tidak ada yang diibadahi dengan benar kecuali Allah)
―Syarah hadits Arba'in oleh Syaikh al-Utsaimin terbitan Pustaka Ibnu Katsir hal. 42 tentang makna Laa ilaaha illallah―

Abu Jahal dan kawan-kawan menolak kalimat tauhid ini, karena mereka paham betul maknanya. Jika mereka mengikuti Nabi, maka mereka harus meninggalkan sesembahan-sesembahan yang mereka sembah.
Syahadat Rasul
Anna muhammad rasuulullah artinya bahwa Muhammad adalah Rasulullah (utusan Allah)

Dulu manusia sebelum nabi Nuh 'alaihis salam adalah ummat yang satu, tetapi setelah timbul perselisihan maka diutuslah Rasul.

Nabi Nuh 'alaihis salam adalah Rasul pertama berdasarkan firman Allah surat an-Nisaa' ayat 163
Dan Nabi Muhammad adalah penutup para nabi, maka wajib bagi kita untuk mengimani ini.

Kandungan atau konsekuensi syahadat Muhammad Rasulullah
1. Wajib beriman kepada Rasulullah.
Jika beliau didustakan ajarannya, maka orang tersebut telah kufur berdasarkan ijma' ulama.
QS al-hadid:28 -> "... dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad)..."
Kalimat perintah bermakna wajibnya sesuatu yang diperintahkan.

2. Menaati perintah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
Ketaatan kepada Allah bergandengan dengan ketaatan kepada Rasul-Nya (lihat surat an-Nisa ayat 13)
Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad) maka sesungguhnya dia telah menaati Allah (surat an-Nisa ayat 80)

3. Membenarkan risalah/ajaran yang beliau bawa QS Az-Zumar: 33
Sebenarnya kaum kafir Quraisy tidaklah menolak pribadi Rasul, mereka menolak ajaran beliau shallallahu 'alaihi wa sallam (lihat surat al-An'am ayat 33-34)

4. Menjauhkan diri dari apa-apa yang beliau larang (QS al-Hasyr: 7)

5. Tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan cara tang telah disyariatkan
Dengan kata lain, kita wajib beribadah kepada Allah menurut apa yang beliau syariatkan/contohkan. (QS ali 'imran: 31)
Konsekuensi dari syahadat Rasul yang lainnya:

1. Membenarkan apa-apa yang beliau shallallahu'alaihi wa sallam kabarkan tanpa disertai keraguan atasnya. (Adz-Dzaariyat: 23)

2. Mengamalkan perintah beliau tanpa ragu (lihat al-Ahzaab: 36)
Dulu para sahabat radhiyallahu 'anhum segera mengamalkan apa-apa yang diperintahkan Rasulullah tanpa bertanya-tanya

3. Menjauhi apa yang beliau larang tanpa ada keraguan.
Kedudukan as-Sunnah adalah sebagai penjelas dan juga tafsir dari al-Qur'an

4. Tidak boleh mendahulukan perkataan siapapun di atas perkataan Rasulullah

5. Tidak boleh membuat/ mengada-adakan sesuatu yang baru di dalam masalah AGAMA yang tidak pernah datang dalilnya dari Rasulullah (baik berupa keyakinan, perkataan, maupun perbuatan)
Syaikh al-Utsaimin betkata bahwa barangsiapa yang mengadakan hal-hal baru dalam agama, maka pada hakikatnya ia belum merealisasikan syahadat Rasul.

6. Tidak berbuat bid'ah dalam masalah hak beliau
Kewajiban ummat terhadap Rasulullah atau hak beliau terhadap ummatnya yaitu:
-Mencintai beliau, baik pribadinya maupun agamanya
-Bersholawat kepada beliau
Orang yang mengaku mencintai nabi namun perbuatannya menyelisihi Sunnah maka bisa dibilang bahwa ia tidak bisa merealisasikan syahadat Rasul.

7. Harus meyakini bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memiliki hak rububiyyah (hak rububiyyah: mempunyai sifat ketuhanan)
Bukti bahwa Rasulullah tidak memiliki hak rububiyyah ada di surat al-a'raf ayat 188, al-an'am ayat 50, al-jin ayat 21&22.

8. Menghormati sabda-sabda beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
dengan cara:
-tidak boleh meletakkan hadits-hadits nabi di tempat yang tercela. Kita juga tidak boleh meletakkan al-Qur'an dan hadits sejajar dengan tempat duduk kita
-tidak boleh berkata di hadapan beliau dengan lebih tinggi (ketik nabi masih hidup). Ketika nabi sudah meninggal, kita tidak boleh meninggikan suara di kuburan nabi.
IMAN

Syaikh al-Utsaimin:
Iman secara bahasa yaitu ikrar dan pengakuan yang mengharuskan adanya qobul (sikap menerima) dan inqiyad (sikap tunduk)
Adapun kata beliau, yang berkata bahwa iman secara bahasa artinya adalah pembenaran, maka ini perlu ditinjau kembali.

Orang Arab biasa mengatakan Aamana bikadza wa shaddaqtu fulaanan (saya beriman dengan ini dan membenarkan seseorang), bukannya berkata Aamantu fulaanan (saya mengimani seseorang)
kata aamana merupakan fi'il lazim (kata kerja yang tidak membutuhkan objek) sedangkan kata shaddaqa merupakan fi'il muta'addi (kata kerja yang membutuhkan objek)

Jika kata iman hanya sebatas pembenaran, maka waktu itu paman nabi, Abu Thalib pun membenarkan bahwa Muhammad adalah Rasulullah dan dakwah nabi adalah haq, namun beliau (paman nabi) tidak mau menerima risalah yang dibawa Rasulullah.Pengikrarannya tidak disertai sikap qabul dan inqiyad, maka tidak berguna sama sekali.
Secara istilah, iman yaitu sebagaimana yang tertera di dalam hadits ini, bahwa Iman adalah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.

Beriman Kepada Allah
Beriman kepada Allah mengandung empat perkara:
1. Beriman akan wujudnya Allah
Dalilnya: Surat an-Naml ayat 14, surat al-Isra ayat 102
2. Mengimani ke-esaan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam rububiyyah-Nya.
(Allah berkesendirian dalam rububiyyah-Nya)
3. Mengimani bahwasanya Allah itu Esa di dalam Uluhiyyah-Nya
4. Beriman terhadap nama-nama dan shifat-shifat-Nya yang sesuai dengan keagungan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Beriman terhadap asma wa shifat ini ada syaratnya, yaitu tidak boleh ada tahrif, ta'thil, tamtsil, dan takyif.

Tahrif ialah menyelewengkan/ menyimpangkan dari segi makna,
misalnya:
✘Ber-istawa ditahrif (diselewengkan) menjadi istaula yang berarti berkuasa
✘ Tangan Allah ditahrif menjadi 'kekuasaan' (lihat surat Shad ayat 75)
✘ Wajah Allah ditahrif menjadi 'keridhoan.

Takyif adalah menggambarkan/ mendeskripsikan bagaimana Allah, bagaimana kaifiyyah (bentuk) Allah.
Imam Malik rahimahullah berkata, menanyakan bagaimana Allah beristawa adalah bid'ah.

Tamtsil: Menyamakan/ Menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya
Padahal di surat Asy-Syura ayat 11, Allah berfirman bahwa tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.
Beriman Kepada Malaikat
Mengapa penyebutan iman kepada malaikat didahulukan dari penyebutan iman kepada rasul?
Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang ghaib, sedangkan mempercayai yang ghaib lebih sulit daripada mempercayai yang nyata.

-Malaikat adalah makhluk Allah, maka tidak layak untuk disembah.
-Malaikat tidak memiliki rongga sehingga tidak makan tidak juga minum.
-Malaikat diciptakan dari cahaya

Dalil-dalil dari al-Qur'an tentang beriman kepada malaikat:
al-Baqarah ayat 285
al-Baqarah ayat 177
an-Nisa ayat 136
al-Baqarah ayat 98

Dalil dari hadits -> hadits ini

Beriman kepada malaikat mengandung beberapa perkara:
1. Beriman dengan wujudnya malaikat
Malaikat pada hakikatnya ada, dan sering menyerupai seorang sahabat, yaitu Dihiya
2. Beriman dengan nama-nama mereka yang terdapat di dalam al-Qur'an dan hadits shahih.
Banyaknya malaikat itu tidak hanya 10, melainkan sangat banyak, hanya Allah yang tahu mengenai jumlahnya.

0 komentar:

Posting Komentar