Kamis, 23 Januari 2014

Tingkatan Beriman Kepada Takdir dan Definisi Ihsan




Faedah ta'lim: Al-Ustadzah Ummu Fadhl Hafizhahallaah
Kajian Ta'shiliyyah: Hadits Arba'in ke-2, pekan ke 2 Rabu sore 15 Januari 2014, di Masjid An-Nawawi Cibeber Cilegon Banten
Tingkatan beriman kepada qadha & qadar ada 4, yakni:

1) Al-Ilmu Yaitu kita menyakini bahwa Allah Subhaanahu wa ta'aala memiliki ilmu yg Maha Luas meliputi segala sesuatu, Dia mengetahui sesuatu yg dzohir maupun yg bathin, sesuatu yg mungkin maupun mustahil, sesuatu yg telah terjadi, yg sedang terjadi & yg akan terjadi. Jika Allah mengetahui yg akan terjadi, maka Allah Maha Mengetahui kapan terjadinya & bagaimana terjadinya.

Begitu pula Allah Maha Mengetahui apa yg dilakukan oleh makhluk-Nya (diam & geraknya), bahkan Allah sudah mengetahui takdir dari segala makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit & bumi diciptakan. Karena inilah konsekuensi dari nama Allah Al-Khobir, Al-'Alim, Al-'Alimul ghoibi wasysyahaadah, Allah sangat mengetahui secara detail dari perkara2 hamba-Nya.
Dalil2 yg menyebutkan akan luasnya ilmu Allah, bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik yg ada di langit maupun yg ada di bumi, secara umum terdapat surat Al-Hasyr: 22 & surah Al-An'am:59, dua ayat ini menunjukkan akan Maha Keluasan Ilmu Allah Subhaanahu wa ta'aala, oleh karena itu, tidak ada satu pun yg bisa tersembunyi & tidak diketahui oleh ilmu Allah Subhaanahu wa ta'aala.

2) Al-Kitaabah (Penulisan)
Yaitu kita menyakini bahwa Allah Subhanahu wa ta'aala telah menulis takdir seluruh makhluk di Lauh Mahfudz & tidaklah sesuatu itu terjadi di muka bumi & di langit kecuali sudah dituliskan oleh Allah Subhaanahu wa ta'aala.
Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullaah, beliau menafsirkan surat Al-Anbiya:105, yaitu dalam kata "Zabur" yg dimaksud ialah semua kitab2 yg Allah turunkan, dan "Ad-Dzikr" ialah Lauh Mahfudz (kitab induk yg mencatat semua ketetapan2 makhluk Allah Subhanahu wa ta'aala).
Di dalam Surat Yaasin: 12, Allah Subhaanahu wa ta'aala berfirman, " Sesungguhnya Kami menghidupkan orang2 mati, dan Kami menuliskan apa yg telah mereka kerjakan & bekas2 yg mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yg nyata (Lawh Mahfuuz).
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menafsirkan "segala sesuatu sudah Kami tetapkan di Lauh Mahfudz", maksudnya segala sesuatu yg mencangkup amalan manusia sebelum mereka melakukannya.
Kemudian hadits Nabi Shallallaahu 'alayhi wasallam, " Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir2 seluruh makhluk sebelum Allah menciptakan langit & bumi 50.000 tahun."
※ Beriman kepada takdir pada tingkatan kitaabah terbagi menjadi 5 catatan takdir, yaitu: 
◆◆1. penulisan takdir azali yaitu bahwa segala sesuatu sudah ditetapkan oleh Allah 50.000 tahun sebelum langit & bumi diciptakan.
◆◆2. penulisan takdir ketika Allah mengambil perjanjian antara anak cucu adam dengan Allah yaitu sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-A'raf: 172, " Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu mengeluarkan keturunan anak2 adam dari sulbi mereka, & Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhan-mu?", Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yg demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang2 yg lengah terhadap ini (keesaan Allah)".
◆◆ 3. catatan takdir umur yaitu penetapan tentang azal, rezeki, jodoh & penetapan ia menjadi orang bahagia/ celaka sebagaimana hadits yg disebutkan oleh Abdullaah bin Mas'ud bahwasanya proses penciptaan manusia ada fase-fasenya, ketika usia kandungan berumur 120 hari, Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalam janin tersebut & ditetapkan 4 catatan takdirnya (rezeki, ajal, jodoh & amal/ ketetapan ia menjadi orang yg bahagia/celaka)
◆◆4. catatan takdir tahunan yaitu terjadi ketika malam lailatul qadar. Pada malam ini catatan manusia diperiksa kembali oleh Allah Subhaanahu wa ta'aala untuk satu tahunnya. Di situlah akan dilihat apakah dalam setahun tersebut ia akan menemui ajalnya atau tidak atau pada saat tersebut ia akan menemui jodohnya atau tidak. sebagaimana yg disebutkan dalam surat Al-Qadar: 4, "pada malam itu turun malaikat2 & Malaikat Jibril dengan izin Tuhan-nya untuk mengatur segala urusan".
◆◆5. catatan takdir harian yaitu catatan takdir pada waktu2 yg ditentukan. Catatan ini ialah penjabaran dari catatan takdir tahunan.
◇◇◇Catatan takdir ini saling berkaitan: catatan takdir harian mnjelaskan cttn takdir tahunan, cttn takdir tahunan mnjelaskan pada saat ia menjadi janin, cttn takdir janin menjelaskan tentang takdir yg ia ambil perjanjiannya dengan Allah Subhaanahu wa ta'aala & cttn takdir tersebut merupakan perincian dari takdir azali.

3) Al-Masyii'atullaah (kehendak Allah) Yaitu kita menyakini apa yg dikehendaki oleh Allah pasti terjadi & apa yg tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak akan terjadi. Terkait dengan kehendak Allah (iradah/masyii'atullaah), para ulama membagi 2 iradah: ⇨ 1) Iradah Kauniyyah Qadariyyah ⇨ 2) Iradah Syar'iyyah Diniyyah
◆◆ pengertian 
a.1 → yaitu kehendak Allah yg mencangkup seluruh makhluk & yg berkaitan dengan apa yg diinginkan/berkaitan dengan apa yg ingin dilakukan oleh Allah. Oleh karena itu, para ulama menyebutkan Iradah Kauniyyah dengan: "apa yg dikehendaki Allah pasti terjadi, & apa yg tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak akan terjadi".
Jenis iradah pertama ini adalah terkait dengan kehendak Allah baik kehendak tersebut disertai rasa cinta/ ridho maupun tidak disertai rasa cinta/ ridho-Nya Allah. Contoh: •• Allah menciptakan orang kafir & Allah menciptakan perbuatan hamba seperti maksiat dan dosa (terbukti ada & terjadi), tetapi apakah kekufuran, perbuatan dosa dan maksiat dicintai & diridhai oleh Allah?... jawab: TIDAK, tetapi itu terjadi.
•• Allah menghendaki adanya orang beriman & menghendaki perbuatan hamba berupa amal sholeh dan ketaatan (keimanan). Tetapi apakah amal sholeh & keta'atan tersebut dicintai/diridhoi Allah?... Jawabnya: YA JELAS.
a.2 → yaitu kehendak Allah yg berkaitan dengan apa yg Allah inginkan untuk dilakukan oleh hamba-Nya & mengandung rasa kecintaan & keridhoan. Iradah ini tidak musti terjadi kecuali apabila berkaitan dengan iradah yg pertama. Contoh: •• keimanan dicintai & diridhoi oleh Allah, lalu apakah Allah menghendaki seluruh hamba-Nya beriman?.. jawab: TIDAK, buktinya ada orang kafir.
perbedaan iradah (1) & iradah (2) : ▷▷iradah pertama kadang dicintai & diridhai oleh Allah & kadang TIDAK dicintai & diridhai oleh Allah, sedangkan iradah kedua PASTI dicintai & diridhai Allah.
▷▷ Iradah pertama PASTI terjadi sedangkan iradah kedua TIDAK MUSTI terjadi, kecuali jika iradah kedua berkaitan dengan iradah pertama.
Dalil-dalilnya disebutkan dalam: ● Surat Yaasin: 82, "Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "jadilah!" Maka terjadilah ia". ● Surat At-Taqwir: 28-29, "(yaitu) bagi siapa di antara kamu yg mau menempuh jalan yg lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. ● hadits dari Abdullaah bin Amr bin al-ash Radhiyallaahu 'anhu, Rasuulullaah Shallallaahu 'alayhi wasallam bersabda," sesungguhnya hati2 anak adam itu ada di antara dua jari dari jari2 Allah", Allah membolak-balikan hati tersebut sesuai dengan kehendak-Nya.
4) Al-Halq (penciptaan) Yaitu kita menyakini bahwa Allah-lah yg menciptakan segala sesuatu. Dia-lah yg menciptakan perilaku & amalannya. Berdasarkan firman Allah Subhaanahu wa ta'aala di dalam surat As-Shaaffaat (37): 96, "... padahal Allah-lah yg menciptakan kalian & menciptakan perbuatan kalian". ● surat Az-Zumar (39) : 62, " Allah pencipta segala sesuatu & Dia Maha Pemelihara segala sesuatu". ● Dari Hudzaifah Radhiyallaahu 'anhu, Rasuulullaah Shallallaahu 'alayhi wasallam bersabda, " Sesungguhnya Allah menciptakan yg berbuat (manusia) maupun perbuatannya".
•• manusia diberi pilihan & kehendak untuk memilih, oleh karena itu tidak boleh menyalahkan takdir dari sisi penciptaan.

※Tujuh kesimpulan tentang manhaj Ahlus-Sunnah dalam beriman kepada qadha & qadar ※

1) landasan aqidah ahlussunnah wal jama'ah dalam perkara takdir (beriman kepada takdir) maupun dalam perkara seluruh permasalahan agama adalah terdapat dalam Al-Qur'an & Sunnah, dan apa yg diamalkan oleh Para Salafusshalih, di luar pemahaman salafusshalih adalah pemahaman yg sesat.
2) Allah Ta'aala yg menciptakan & yg memiliki segala sesuatu, hal ini mencangkup seluruh makhluk & sifat-sifatnya (mencangkup perbuatan manusia maupun perbuatan di luar manusia).
3) Apa yg dikehendaki oleh Allah pasti terjadi & apa yg tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak terjadi.
4) Allah Ta'aala mengetahui apa yg telah terjadi, akan terjadi, sedang terjadi & yg belum terjadi.
5) Allah telah menentukan seluruh takdir makhluk sebelum penciptaan mereka & telah menulis hal itu semua.
6) bersamaan dengan penetapan takdir, ahlussunnah juga mengimani adanya perintah & larangan (syari'at). Ahlus Sunnah juga mengimani adanya janji & balasan Allah sehingga tidak ada alasan bagi seorang pun untuk meninggalkan perintah atau mengerjakan larangan.
7) Ahlus Sunnah menyakini bahwa Allah Maha Bijaksana di dalam seluruh perbuatan-Nya.
※ IHSAN ※
Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, jika tidak bisa maka engkau beribadah kepada Allah, Allah melihatmu.
Rasuulullaah Shallallaahu 'alayhi wasallam mendefinisikan ihsan dengan ibadah, dan syarat di terimanya ibadah tersebut ialah: → ikhlas → mutaba'ah
Ada 2 tingkatan ihsan, yaitu: 1. Tingkatan permintaan 2. Tingkatan menjauhkan diri
Syaikh Muhammad bin Shalih al-'utsaimin Rahimahullaah mendefinisikan 2 tingkatan ihsan, yakni: ⇨ tingkatan permintaan: seseorang beribadah dengan keadaan seperti adanya dorongan di dalam hatinya. Seseorang pada tingkatan ini seolah-olah ia bisa melihat Allah.
⇨ tingkatan menjauhkan diri: beribadah kepada Allah dengan perasaan takut (merasa diawasi) sehingga seseorang pada tingkatan ini, ia akan berusaha menjauhkan diri dari segala sesuatu yg bisa mendatangkan kemurkaan Allah.
▶ mana tingkatan yg paling baik? ◀
Ditinjau dari sisi ibadah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-'utsaimin Rahimahullaahu ta'aala menyatakan bahwa derajat yg kedua lebih rendah daripada derajat yg pertama.
Rukun dari pilar beribadah ada 3, (para ulama menggambarkan seperti badan burung) yakni: 1. Cinta (Ashl atau pokok seluruh pilar, diumpamakan sebagai kepala) 2. Khouf (sebagai sayap kanan) 3. Raja' (Sayap kiri)
Jadi, seseorang yg beribadah kepada Allah karena dorongan rasa cinta & rindu, seolah-olah ia bisa menikmati & menyaksikan adanya Allah di dalam hadapan dia. Ini tingkatannya lebih tinggi daripada orang yg beribadah karena merasa diawasi oleh Allah.
Bila kita gambarkan tingkatan islam, iman & ihsan akan kita ketahui: 1) islam seperti lingkaran besar 2) di dalam lingkaran islam ada lingkaran iman 3) di dalam lingkaran iman, ada lingkaran kecil yaitu ihsan.
Oleh karena itu orang yg ihsan (muhsin), sudah pasti ia beriman & sudah pasti ia muslim. Sedangkan mukmin belum tentu mencapai derajat ihsan. Apalagi yg baru muslim, belum tentu mencapai derajat mukmin atau muhsin.

wallahu a'lam



0 komentar:

Posting Komentar